Berjalan terburu-buru mengejar
damri yang saat itu sudah berjalan dari pengkalannya sampai nyebrang pun motor
tidak mau mengalah, hampir saja saya jadi tertabrak siang itu. Damri sudah
didepan mata namun karn asaya ragu-ragu akhir ya memutuskan menunggu damri
selajutnya. Berasa takut karna baru kali ini pergi ke pasar baru sendirian dan
suasana damri kala itu sepi sekali belum berpenumpang dan lambat laun satu
persatu penumpang mengisi kekosongan kursi yang ada didalamnya. Kala itu ada
seorang remaja bersama dengan bapaknya turunn dari angkot caheum-ciroyom dan
kedua ciptaan Allah yang paling sempurna itu sudah menarik perhatian saya.
Mereka juga ikut mengisi kekosongan kursi didalam damri dengna memilih duduk
dekat jendela.
Remaja itu terus memegangi bapaknya
dan membantu bapaknya untuk duduk disebelahnya. Yah, harus tetap bersyukur bisa
melihat alam ini karna bapak yang ia
terus pegangi tidak bisa melihat dan menurut saya itu merupakan bentuk kasih
sayang plus berbaktinya anak kepada orang tua. Sepanjang perjalanan menuju
damri saya salut dengan remaja itu yang dengan sabarnya menemani perjalanan
bapaknya.
Terkadang kita lupa akan kasih
sayang seorang ayah atau ibu atau mungkin juga kita lupa untuk berbakti kepada
orang tua kita, menyenangkan mereka ketika pulang dari perantauan kita untuk
menuntut ilmu demi melihat senyuman indah keluar dari bibirnya. Tetep berusaha berbakti kepada orang tua kita karna
mereka lah yang paling mengerti akan kondisi kita.