Jumat, 19 Oktober 2012

I Didn’t Mean to…….//2

dibuat oleh sosok yang luar biasa n mengajarkan arti berbagi kasiih sayang...

Kejadian ini udah terlewat beberapa minggu yang lalu. Tapi tetep uptodate kok untuk dibahas. Karena tiap sudut kehidupan kita banyak hikmah yang tersempil didalamnya :)
Sangat lucu pada awalnya. Tragedi tengah malem yang baru ketauan pagi harinya. Itu pun baru sadar setelah dapet ceritaan sahabat yang nginep pas bangun keesokan harinya.
Gempar!
Tengah malem itu gempar penghuni kossan. Saya gak ngeh karena saya udah hanyut duluan dengan mimpi saya. Malem itu adik koss saya pulang tengah malem karena ada rapat besar organisasi yang diikutinya. tentunya gak sendirian, karena sahabat saya juga ikut serta dengan agenda yang sama dengannya.
Sepasang selop cokelatnya “hilang” dari rak sepatu yang terletak didepan kamar koss kami yang berhadapan. Ia menangis dengan paniknya. Karena sepasang selop itu adalah hadiah pemberian abangnya. Tengah malam itu ia benar-benar menangis. Hingga beberapa teman di kamar yang telah terlelap sayup-sayup mendengar dan menyimpulkan ada “tante kunti” yang sedang menangis….hihihihi :D (wedew….)
Tahukah? siapa pencurinya? siapa yang berani-beraninya memindah tempatkan sepasang selop itu dari tempat asalnya tanpa seizin pemiliknya? “Tersangka utama” itu adalah SAYA. Saya yang memindahkannya ke tempat sampah dibawah karena kamar kami dilantai atas. Eitts…bukan bermaksud apa-apa. Before tragedy….Pagi itu saya berniat untuk beres-beres kossan, termasuk rak sepatu yang ada didepan kamar kami. Melihat tumpukan-tumpukan sendal dan sepatu yang telah rusak, usang dan berdebu masih bertengger betah diatas barisan rotan saya memutuskan untuk segera mengeksekusi mereka.
Tentu yang pertama kali saya eksekusi adalah sepatu dan sendal milik saya. Yang Sudah tak jelas lagi rupa nya.  Lalu barulah saya memilah sepatu dan sandal milik adik saya, yang kondisinya juga sama. Pastinya saya tak mungkin membuang seenaknya tanpa memberitau pemiliknya karena pagi itu adik saya telah berangkat ke kampus karena ada rapat besar organisasinya. Saya meminta izin lewat sms. Namun tak kunjung dibalas. Ya sudah….saya membiarkan sepatu2 dan sandalnya di kantung plastik yang masih terletak disamping rak sepatu didepan kamar kami. Agar saat ia pulang nanti ia mengetahui.
Saat zuhur tiba, ia pulang ke kossan. Jam rehat rapat ia pakai untuk sholat zuhur di kossan dan terdengarlah kabar kalo hp nya ketinggalan…..(o…pantesan). Tapi mungkin inilah kesalahan saya, dugaan yang salah, suka nya menduga-duga…..padahal belum tentu dugaan saya benar. Saya tak tau, saya pikir ketika ia pulang yang otomatis memandang ke arah rak sepatu dan tumpukan kantung plastik disampingnya sebelum ia masuk ke kamarnya, ia akan tau sendiri. Jadi saya tidak menggugahnya dengan menanyakan kembali. Terlebih saat ia mencek hp nya dan mengatakan kepada saya: “teh…klo mau sms ke nomor teh fulana aja ya… soalnya saya gak bawa hp”. Lalu saya mengiyakan dan berujar dalam hati “o…berarti gak papa klo selop dan sepatunya dibuang”. Karena memang kondisinya telah usang dan sama sekali gak pernah dipakainya lagi. Jadi saya asik berkesimpulan, Ok kita buang aja toh emang gak dipake lagi.
Biar rapih kembali, Sore harinya saya memindahkan kantung-kantung plastik tadi ke center tong sampah di lantai bawah. Tak ada maksud apa-apa. Hanya ingin membersihkan dan merapihkan.
Nah, malam harinya…tengah malam pula, semua terjawab. Namun, saya terlanjur terlelap duluan. Sahabat saya yang menginap tidak sampai hati membangunkan saya. Padahal, saya terjaga saat ia masuk ke kamar lalu tertidur lagi :)
Keesokan subuh barulah saya “diinterogasi” sahabat saya. Beliau menanyakan keberadaan sepasang selop cokelat yang ada di rak sepatu. Beliau menceritakan tragedi semalam. Saya yang mendengar cerita dari beliau hanya berujar: “Wew…gawat saya menzhalimi orang lain. Ngebuat nangis anak orang. Ngebuat sedih hati adik sendiri….Afwaaan….gak sengaja…tapi udah bilang kok sebelum ngebuang”, saya berusaha membenar-benarkan diri. Lalu dengan cepat saya buru-buru kebawah untuk kembali mengambil sepasang selop miliknya. Dan…Alhamdulillah…masih ada…Alhamdulillah belum diangkutin sama tukang sampah :)
Saya kembali meletakkan sepasang selop itu di rak sepatu kami…..lalu segera meminta maaf ketika ia bangun…Afwaaan de’... Atas kejadian ini terselip ibroh yang bisa dipetik:
1. Jangan sesekali berkesimpulan macem-macem sebelum benar-benar jelas apakah informasi telah tersampaikan kepada yang dituju atau belum.
2. Jangan pernah menganggap remeh barang orang lain. Bisa jadi menurut kita itu adalah barang sepele namun menurut mereka adalah sesuatu yang berharga, memiliki kandungan historis yang tak dapat dihargai oleh sesuatu apapun.
3.  Terkadang kebaikan justru melukai….I didn’t mean to……
4. Subhanallah….Allah menciptakan makhluknya dengan khasnya masing-masing. Berusahalah untuk selalu bersinergi agar ukhuwwah yang terjalin semakin erat. Perbedaan itu layaknya suhu, ada panas dan dingin namun mereka sinergi dalam kesetimbangan.
Dedicated to De’Rani….Afwan jiddan de’…teteh gak bermaksud apa-apa (http://katakiki.wordpress.com/2011/07/10/i-didnt-mean-to-2/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar