Senin, 10 Oktober 2011

Sukses Membibitkan Belut Dilahan Sempit

1.1  Latar Belakang
    Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Pakan yang diberikan harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00. Untuk menambah nafsu makan dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam pembesaran. Pilih tempat yang biasanya belut bersembunyi. Biasanya belut hidup dan berkembang biak disawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan kali-kali kecil. Belut mulai digemari berbagai pihak dan di budidayakan untuk menjadi salah satu komoditas ekspor.
  Manfaat belut sudah tidak diragukan lagi. Spesies belut ini mempunyai nilai pemakanan yang tinggi. Manfaatnya  dikatakan setanding ikan tenggiri dan selar, mengandungi 18.6 peratus protein dan 15 peratus lemak. Belut juga kaya dengan lemak, kalsium, vitamin B, Vitamin D dan zat besi. Tidak heranlah ramai yang percaya belut boleh membantu mengobati penyakit seperti buah pinggang, lelah, darah gemuruh, lemah tenaga batin dan penyembuhan luka pembedahan. Spesies ikan ini jika diamalkan memakannya selalu, dikatakan boleh menguatkan daya tahan tubuh, menormalkan tekanan darah, menghaluskan kulit, mencegah penyakit mata, menguatkan daya ingatan dan membantu mencegah hepatitis. Belut di habitat asllinya hidup disawah, rawa atau tempat yang berlumpur, belut mampu hidup dalam kondisi habitat yang kurang air karena mampu untuk menyerap oksigen langsung dari kulitnya. Di Jakarta yang secara geografisnya merupakan kota terpadat di Indonesia sudah tentu sulit untuk mencari sawah ataupun rawa, kalaupun ada hanya sebagian kecil saja. Sehingga dapat dibilang bahwa produktifitas budidaya ikan belut sangat rendah. Bahkan dari pengamatan penulis sendiri menilai di kota Jakarta ini masih sedikit sekali masyarakat yang bergelut usaha budidaya belut. Berangkat dari kenyataan tersebutlah akhirnya sangatlah dibutuhkan suatu cara yang lebih produktif dan memenuhi komoditas pasar. Yakni dengan cara “budidaya belut dengan air tawar”.
. Selain itu juga peluang bisnis belut tidak hanya pada tataran local, yang lebih menggiurkan lagi adalah pasar eksporpun masih sangat mendukung Tak heran jika akhir-akhir ini banyak media mengekspos tentang besarnya peluang bisnis budidaya belut. Dan bagi yang terbiasa akses di depan internet, mungkin juga tak jarang menemukan sebuah forum yang memperbincangkan tentang gurihnya berbisnis di bidang yang satu ini.
Dengan demikian, manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan program pembudidayaan belut ini antara lain: proses pembudidayaan belut dapat teridentifikasi, produksi komoditi belut segar dengan kualitas dan kuantitas yang baik sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen, serta terciptanya peluang usaha pembudidayaan belut sebagai usaha baru dibidang agrobisnis di Jakarta.
1.2  Identifikasi Masalah
Kendala yang mendasar pada budidaya belut adalah bagaimana menghasilkan suatu bibit belut atau belut unggul untuk dijadikan komoditi ekspor dan untuk konsumsi masyarakat Indonesia secara tepat serta mudah dalam membudidayakannya sesuai dengan kehidupan belut dihabitat aslinya
            Oleh karena itu masalah yang diidentifikasikan pada budidaya belut  sebagai berikut :
            1.Kesadaran warga Indonesia khususnya kota Jakarta dalam budidaya belut dan minimnya penngetahuan tentang budidaya belut itu sendiri.
 2. Lahan atau tempat yang masih minim sehingga diperlukannya pembuatan lahan yang memadai untuk perkembangbiakan belut sesuai dengan habitat aslinya

1.3  Rumusan Masalah

            Berdasarkan hal-hal yang diuraikan dalam latar belakang penelitian, penulis mencoba merumuskan masalah tersebut sebagai berikut:

1.      Bagaimana cara meningkatkan produktivitas budidaya belut yang sebelumnya lebih menggantungkan pada tanggapan dari alam ?
2.      Apakah tekhnik budidaya belut bisa diterapkan pada media apa saja?

1
1.Kegunaan
Uraian dari pengajuan usaha ini mempunyai kegunaan:
1.      Meningkatkan usaha untuk mencari keuntungan (profit oriented)
2.      Memenuhi kebutuhan pasar atau daya konsumsi belut di Jakarta atau disekitarnya.
3.      Memotivasi entrepreneur muda dalam membudidayakan usaha belut.

1.  Metode pelaksanaan
Bahwa selama ini belut yang ada dipasaran adalah belut hasil tangkapan alam, namun untuk memenuhi kebutuhan pasar mulai dikembangkan budidaya belut. Apa yang harus dipersiapkan untuk memulai budidaya belut ini, sedikit sharing ilmu soal budidya belut. Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.Suhu udara/temperatur optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C dengan pH ideal 5-7. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan oksigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh. Untuk menghindari suhu kolam akibat sinar matahari lanngsung sebaiknya kolam diberi atap atau diberi tanaman eceng gondok di atas permukaan air.

1.7  Pedoman Teknis Budidaya Belut
Penyiapan Sarana dan Peralatan
1.      .Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2.      Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3.      Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
4.      Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
5.      Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
6.      Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam
 Terbuka Lebar Peluang Ekspor dari Budidaya Belut
Description: belut 222x300 Terbuka Lebar Peluang Ekspor dari Budidaya Belut Penggunaan pestisida pada lahan pertanian yang berlebihan akan mempengaruhi ekosistem ikan yang ada disekitarnya, salah satunya adalah belut. Sehingga keberadaan belut di alam semakin terancam dikarenakan ketidak seimbangan kita dalam merawat alam. Tetapi, kini tidak perlu khawatir, anda bisa memanfaatkan dengan membudidayakan belut sebagai peluang usaha sekaligus menjaga keseimbangan alam. Selain itu, keuntungan dalam berbisnis belut adalah besarnya permintaan pasar belut baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Permintaan ekspor belut dari beberapa negara tujuan dapat dilihat ditabel di bawah ini :

Sumber: Drs Ruslan Roy, MM, Ir R. M. Son Son Sundoro, www.eelstheband.com, dan telah diolah dari berbagai sumber.
(*) dikutip dari sumber – sumber di trubus online, dll.
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong,  Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
Budidaya Belut sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal. Masyarakat yang memiliki lahan sempit pun dapat memelihara belut. Secara Teknis Budidaya dan pemeliharaan belut (monopterus albus) hanya memerlukan perhatian dalam memilih tempat/lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih, perkembangbiakan belut, penetasan, makanan dan kebiasaan makan serta hama.
 Jenis-jenis Belut
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas: Pisces
Subkelas: Teleostei
Ordo: Synbranchoidae
Famili: Synbranchidae
Genus: Synbranchus
Species: Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut)
Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah

Persiapan Bibit Belut
Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Anak belut di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.  Bibit belut bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit belut diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
Pemilihan bibit belut bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm
Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor belut pejantan dengan dua ekor belut betina untuk kolam seluas 1 m 2 . Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan
Description: anak belut 300x225 Budidaya belut 2
Perlakuan dan Perawatan Bibit Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak anak belut yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
Penyiapan Bibit
        I.            Menyiapkan Bibit
a.       Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
b.      Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
c.       Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran± 30 cm dan belut jantan berukuran± 40 cm.
d.      Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.

     II.            Perlakuan dan Perawatan Bibit
Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan dan betina sebagai berikut :
Ciri Induk Belut Jantan
  • Berukuran panjang lebih dari 40 cm.
  • Warna permukaan kulit gelap atau abu-abu.
  • Bentuk kepala tumpul.
  • Usia diatas sepuluh bulan.
Ciri Induk Belut Betina
  • Berukuran panjang 20-30 cm
  • Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda
  • Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perut
  • Bentuk kepala runcing
  • Usia dibawah sembilan bulan.
Pemeliharaan Pembesaran
a.       Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
b.      Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar (belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
c.       Pemberian Vaksinasi
d.      Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun
·         Penetasan
Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam pendederan menetas pada hari ke 12-14. Anak-anak belut ini memiliki kulit kuning yang semakin hari akan berangsur-angsur menjadi coklat. Belut jantan akan tetap menjaga sampai belut muda berusia dua minggu atau mereka meninggalkan sarang penetasan untuk mencari makanan sendiri.
·         Makanan dan kebiasaan makan
Belut secara alamiah memakan segala jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh di air. Belut ini akan menyergap makanannya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini menyerupai terowongan berdiameter 5 cm

Hama dan Penyakit

Hama
1.      Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
2.      Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
3.      Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.


Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

Panen

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
a.       Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
b.      Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

Biaya Investasi
1.      Terpal 4 x 6 m 1 lembar = Rp. 100.000
2.      Bambu ori 4 batang x Rp. 10.000 = Rp. 40.000
3.       Media, jerami, kompos , debok, pupuk kandang, EM4, katul = Rp. 40.000
4.       Ongkos tenaga kasar = Rp. 20.000
          Jumlah = Rp. 200.000
Biaya Operasional
1.      Beli benih 10 kg x Rp. 25.000      = Rp. 250.000
2.      Pakan (cacing, bekicot, katak, dll) = Rp. 50.000
    Jumlah = Rp. 300.000
                             Total Biaya = Rp. 500.000
PENERIMAAN / PENDAPATAN
1.      Panen 10 kg x 10 kg = 100 kg
Resiko 10 % x 100 kg = 90 kg
2.      90 kg x Rp. 10.000 = Rp.900.000 
LABA / KEUNTUNGAN
1)      Rp. 900.000 - Rp. 500.000 = Rp. 400.000
Keterangan
Harga benih per kg Rp. 25.000
Harga jual panen per kg Rp. 10.000 s/d 15.000
Standar daya tampung benih 1 m2 = 1 kg s/d 2 kg
1 kg benih à belud panen à 8 kg s/d 12 kg
1 lembar terpal ukuran 4 x 6 m jadi kedalaman ukuran 2 x 4 m
Resiko kematian benih ± 10 %
Keuntungan Rp. 400.000 di atas dihitung untuk satu kolam saja dan waktunya panennya kurang lebih 5 bulan

PASCAPANEN
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  1. Analisis Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
    1. Biaya Produksi
      1. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-
      2. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,-
      3. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,-
      4. Lain-lain Rp. 30.000,-
        Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-
    2. Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-
    3. Keuntungan Rp. 422.000,-
    4. Parameter Kelayakan Usaha 2,28
Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen. Ditambah lagi Belut masih merupakan jenis ikan yang eksklusif karena ketersediannya di pasar terbatas. Keterbatasan pasokan belut, disebabkan oleh budidayanya yang masih belum banyak diketahui oleh masyarakat. Selama ini masyarakat lebih mengenal budidaya ikan mas, nila, gurami, lele dan patin (jambal siam). Sebab benih ikan-ikan tersebut sudah tersedia di mana-mana, teknologi budidayanya mudah dan pakannya berupa pelet juga tersedia. Namun dari segi keuntungan, membudidayakan belut bisa memperoleh marjin lebih baik. Caranya, peternak harus mencari langganan sumber limbah protein hewani. Bisa berupa ayam mati, telur yang tidak menetas, bekicot, cacing dll. Kalau limbah peternakan unggas sulit diperoleh, peternak bisa secara khusus mengkulturkan bekicot dan cacing untuk kebutuhan pakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar