Minggu, 05 Februari 2012

Perjuangan Wanita Ikhwanul Muslimin (Part 1)




Seorang wanita yang luar biasa sekaligus seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Ia biasa dipanggil Zainab Al-ghazali, pekerjaan yang ia sedang jalanin adalah menjadi ketua umum jama'ah musllimat.

         Pada saat perjalan pulang kerumah mobil saya ditabrak oleh sebuah mobil hingga terbalik. saya pun tidak sadarkan diri. Saya baru sadar kembali di Rumah Sakit Helliopolis, didampingi suami, saudara-saudara dan kawan-kawan seperjuangan saya dalam dakwah. Sementara itu ketika saya membuka mata saya, terlontarlah dari mulut saya kata-kata syukur "Alhamdulillah, alhamdulillah", belum lagi saya sempat bertanya, apa yang sebenarnya sedang terjadi terhadap diri saya, saya pun sudah tiddak sadarkan diri. Kemudian saya dipindahkan ke Rumah Sakit Madhar 'Asyur untuk menjalani pembendahan tulang yang ditangani oleh dokter Muhammad Abdullah. Pembendahan berlangsung selama lebih kurang tiga stengah jam, antara hidup dan mati. Masa kritis akhirnya berlalu. Saya memperoleh keterangan bahwa apa yang terjadi terhadapa diri saya itu sebenarnya telah direncanakan oleh intel Gamal Abden Naser untuk membunuh saya.

        Beberapa hari kemudian suami saya lalu pergi menemu dokter dan kembali lagi bersama dokter yang segera memeriksa saya dan sekaligus melaranga saya untuk melakukan kegiatan apapun. Ini berarti surat-surat dan berita Jamaah untuk saya tidak diperkenankan untuk disampaikan kepada saya. Saya memprotes larangan ini, karena yang diperlukan dari saya hanyalah tanda tangan untuk surat rutin saya. Namun Protes saya ini tidak dihiraukannya. Saya pun minta diberi izin untuk melakukan kegiatan Jamaah dari tempat tidur saya tapi ini pun ditolak. Bahkan dari Sekertaris Dewan Harian Jamaah Muslimat yang setiap haari berkunjung ketempat saya, saya peroleh kesan ada sesuatu yang ia sembunyikan. Tapi pada suatu sore ia menceritakan juga apa yang sebenarnya yang selama ini mereka sembunyikann. Ceritanya ini ia sampaikan ketika suami saya berada disis saya. Suatu peristiwa oenting dan gawat telah terjadi. Berkas surat yang ada ditangan Sekertaris itu yang akhirnya diserahkan juga ketangan saya tidak lain adalah surat  Pembubaran Jamaah Muslimat. Ia lalu berkomentar: "Tentu hal ini bagi hajjah merupakan suatu pukulan berat". Seketika saya menjawab: "Alhamdulillah, namun Pemerintah tidak punya hak untuk membubarkan Jamaah, karena ia merupakan Jamaah Islami. "Ia berkata: "Tisak seorang pun sanggup berkata demikian kepada Pemerintah. Kami telah berusaha dengan gigih, namun Abden Naser tetap pada keputusannya. Secara pribadi ia membenci anda, hajjah! Ia tidak suka mendengar nama anda disebut orang. Kalau ada orang yang menyebut  nama anda dihadapanya, ia marah-marah dan menghentikan pertemuan...!"

    "Syukurlah kalau ia takut pada saya dan membenci saya. Saya pun membencinya karena Allah. Kejahatannya itu tidak akan mengurangi kegigihan kami dalam berdakwah. Kami pasti menang dengan perkenanNya. Kami pun seda mati syahid demi dakwah kami. Abden Naser tidak berhak untuk membubarkan Jamaah Muslimat. Allah SWT telah menetapkan panji-panji kaum muslimin dan semua ketetapan Allah tidak bisa diganggu gugat oleh manusia", demikian saya nyatakan pada sekertaris.        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar