Selasa, 07 Februari 2012

Perjuangan Wanita Ikhwanul Muslimin (Part 3)

Tibalah Giliran Saya (Zainab Al-Ghazali)

Pagi-pagi buta hari Jum'at 20 Agustus  pasukan Thaghut menyerbu  rumah saya. Ketika saya tayakan Surat Perintah menggeledah rumah, salah seorang dari mereka berkata: " Apa? Surat Perintah? Apa kau sudah gila? Dizaman Abden Naser ini kami bisa melakukan apa saja pada kalian."

Lalu mereka tertwa terbahak-bahak dengan histeris. Lalu katanya lagi: "Orang-orang Ikhwanul Muslimin memang gila. Mereka minta surat izin Pemeriksaan dari pemerintahan Abden Naser."Lalu mereka langsung memasuki rumah danmerusak apa yang ada didalamnya. Ada yang dipecah, dirobek, alhasil hampir tak ada barang yang tetap utuh. Sementara itu saya memendangi mereka dengan sinis ketika mereka tengah merobek-robek kain kaasur. Kemudian mereka menangkap Muhammad Al-Ghazali, putera saudara saya.

          Kemudian saya digiring ke mobil dan saya dapati keponakan saya dan seorang aktifis dakwah. Saya tegur keponakan saya : "He, kau Muhammad?", tapi ia tidak menjawab. Pikir saya mungkin ia tidak boleh bicara. Ia agaknya dipakai sebagai penunjuk jala kerumah saya, karena yang baru datang ini bukan serdadu yang telah datang pagi sebelumnya.
Mobil itu berjalan cepat sampai kepenjara tawanan perang. Saya tahu dari papan nama yang terpampang di depan pintunya.  Mereka menerobos masuk, pintu itu nampak seram sekali. Tiba di dalam, saya dikeluarkan oleh seorang pesuruuh dunguu dan kasar, digiring kekamar pemeriksaan. Disana juga ada seorang pesuruh dungu lainnya yang membawa saya kehadapan seseorang yang berperawakan tinggi besar,muka hitam legam dan tegur sapa yang menjijikan.
          Kemudian setan yang menuntun saya itu memasukkan saya kedalam sebuah kamar. Di dalamnya terdapat dua orang tengah duduk, salah seorang pada tanganya memegang sebuah buku catatan yang saya kenal sebagai milik Asy-Syahid Abdul Fattah Ismail. Ia seringkali membawanya dalam Halaqah Al-Qur'an untuk mencatat berbagai hal yang penting. Dari sanalah saya ketahui bahwa ia dan beberapa anggota Al-Ikhwanul telah ditangkap pada saat mereka menyelenggarakan rapat. Saya merasa panik dan utung saja kepanikan saya ini tidak dilihat oleh setan-setan iu. Kebetulan terdengar adzan ashar dan saya dibiarkan ditempat itu untuk menunaikan salah. Begitu salat saya usai, setan itu menyentak tangan saya dengan keras, menirukan perintah atasanya tadi : "Bawa di ke sel nomor 24".

NB : Masih ada lanjutan ya,,,"To Be Contiuned"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar